Langsung ke konten utama

Indahnya Senja di Langit Jogja



Di lantai dua saya menyisir menuju tempat jemuran. Berjalan hati-hati di antara lantai dan atap rumah kos, saya segera menatap ke depan, mengarahkan kamera dan sesaat kemudian satu, dua, tiga, empat foto saya dapatkan.

Sejenak saya menyudahi aktivitas memotret. Adzan maghrib berkumandang. Untuk sekian detik mata saya terpaku telanjang menatap langit di depan. Agak menghadap ke atas saya melempar senyum untuk senja. Subhan’Allah, indahnya.

Warna bitu bergradasi di bagian atas menimpa jingga dan merah yang bercampur tak beraturan. Lalu ada biru lagi yang lebih muda, di bawahnya ada jingga dan merah yang lebih tua. Semua warna itu berserakan di atas langit di depan saya. Rumah-rumah kos, gedung tinggi  dan sejumlah bangunan lainnya seketika gelap membentuk siluet senja yang cantik, sebuah komposisi pemandangan manis tercipta. Bentangan kabel dan ujung antena memperindah semuanya.

Tak berapa lama sapuan warna berubah menjadi lebih tua dan semakin tua. Semuanya berlangsung cepat. Tak ingin kehilangan senja, saya kembali mengarahkan kamera. Beberapa detik kemudian hitam menyapu senja. Bersyukur semua keindahan tadi telah membeku terekam di dalam kamera pribadi. Namun senja di langit Yogyakarta tadi terlalu indah untuk dinikmati sendiri. Inilah keindahan senja di Yogyakarta hari ini yang hanya berlangsung sekitar 3 menit.







Yogyakarta memang istimewa bahkan di atas langitnya pun senja terlukis indah begitu saja.

*Jogja, 17/9/2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk