Langsung ke konten utama

Menceritakan Indonesia dengan Angklung (Konser Orkestrasi Angklung XI)

Seni budaya Indonesia memang luar biasa. Tak hanya beragam namun juga unik dan menarik. Salah satunya angklung, alat musik tradisional dari Jawa Barat yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia  asli Indonesia. Siapapun yang mendengar alunan instrumen bambu tersebut pasti setuju jika suara ritmis dan rancak yang dihasilkan oleh Angklung sangatlah manis. Ditambah kecakapan memainkannya yang tidak semua orang mampu melakukannya, menjadikan permaianan Angklung sangat istimewa.





Konser Orkestrasi Angklung XI (KOA XI) berjudul Negeriku Indonesia, Permata Khatulistiwa yang digelar pada 30 Agustus 2013, menyuguhkan keistimewaan Angklung tersebut. Para pelajar SMA Negeri 3 Bandung yang tergabung dan Keluarga Paduan Angklung dengan manis membawak sekitar 30 lagu dalam beberapa.

Pertunjukkan sesi pertama “Permata Khatulistiwa” dibuka dengan cantik lewat nomor Bungong Jeumpa. Lagu ini terasa manis dimainkan dengan angklung. Jika biasanya lagu ini begitu menyihir dimainkan dengan gesekan biola, maka kali ini Bungong Jeumpa menjadi sangat rancak dimainkan lewat angklung. Bungong Jeupma selanjutnya dirangkai dengan Andam Oi dan Lancang Kuning. Lagu-lagu tersebut dimainkan secara medley dan nonstop dalam komposisi yang Swarnadipa.

Sesi pertama pertunjukkan ini langsung menarik perhatian penonton. Bukan hanya karena lagu-lagu daerah yang manis dimainkan melainkan suguhan tematik yang diusung ke atas panggung. Dengan mengenaikan pakaian adat dari berbagai daerah dan suku di Indonesia, penampilan para pelajar tersebut seakan sudah menyuarakan tentang Indonesia. Penampilan mereka semakin sempurna dengan suguhan aneka tari tradisional sesuai dengan lagu yang dibawakan. Tepuk tangan penonton pun riuh di setiap akhir lagu yang dibawakan.



Usai Swarnadipa, komposisi Serenade Nusantara menampilkan lagu-lagu daerah lainnya seperti Janger dan Angin Mamiri. Tak lupa tarian pun ikut dipentaskan. Puncak sesi Permata Khatulistiwa diisi dengan rangkaian lagu medley seperti Rasa Sayange, Apuse, Ayo Mama, Ampar-ampar Pisang, Tokecang, Pada Wula, Yamko Rambe Yamko dan beberapa nomor lagu lainnya yang mengalun indah lewat rangkaian potongan bambu bersuara khas.

Permata Khatulistiwa akhirnya ditutup dengan medley lagu Tanah Airku, Indonesia Pusaka dan Rayuan Pulau Kelapa. Kali ini lagu dimainkan bersama penyanyi solo bersuara merdu.

Sesi Permata Khatulistiwa usai, setelah jeda beberapa saat, para pemain kembali mengisi panggung. Pakaian dan kostum mereka berganti menandakan sesi Negeriku Indonesia segera dimulai. Seorang konduktor wanita naik memimpin paduan menggantikan konduktor pria yang sebelumnya berdiri di sana. Tak menunggu lama angklung-angklung tersebut kembali diangkat dan rentetan irama manis kembali membahana. Dua nomor lagu dari musikal Laskar Pelangi dimainkan. Sekali lagi penontonpun bertepuk tangan terpukau dengan permainan angklung para pelajar tersebut.


Sesi Negeri Indonesia selanjutnya menampilkan lagu-lagu populer lintas generasi mulai dari karya Koes Plus yang berjudul Bus Sekolah, Kla Project-Yogyakarta, Sherina-Andai Aku Besar Nanti, Sheila On 7-Sahabat Sejati dan komposisi Badai Pasti Berlalu yang dipopulerkan Chrisye. Lagu-lagu yang biasanya didengarkan sebagai nomor band atau intrumen orkestra mainstrema ternyata tak kalah manis dibawakan dengan angklung. Beat dan iramanya bahkan semakin cantik berkat suara khas Angklung.

Seakan tak cukup membawakan lagu-lagu anak muda, konser pun menyuguhkan lagu-lagu “hidmat” karya Guruh Seokarno Putra. Lagu-lagu Guruh yang dikenal berisikan syair pujian untuk negeri dan pejuang seperti Chopin Larung, Melati Suci, Simfoni Raya Indonesia dan Indonesia Jiwaku dibawakan lewat alunan suara 3 orang vokalis diiringi paduan angklung. Konser pun usai.





Tak sekedar mendengarkan alunan suara  angklung, pertunjukkan Negeriku Indonesia Permata Khatulistiwa juga menyuarakan pesan bahwa kebudayaan Indonesia yang begitu beragam seharusnya dirawat dengan penuh kecintaan. Para pelajar SMA tersebut juga membuktikan bahwa bakat anak-anak Indonesia adalah modal yang harus dipupuk untuk merawat budaya Indonesia.

Lewat musik, Konser Orkestrasi Angklung XI mengajak kita untuk meresapi Indonesia yang Bhineka di mana angklung yang merupakan kesenian dan budaya khas Sunda mampu merangkai lagu-lagu daerah dari Sabang sampai Merauke melalui sebuah harmoni yang manis. Dalam kehidupan berbangsa, Indonesia sudah seharusnya merangkai harmoni yang sama.



Konser Orkestrasi Angklung XI sukses menyuarakan keindahan dan keragaman Indonesia Angklung memang tak pernah gagal menghadirkan nuansa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk