Langsung ke konten utama

Menengok Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Riau


Menjejakkan kaki di Riau adalah petualangan baru. Apalagi, tempat  yang akan dikunjungi pertama kali adalah sebuah bentang alam berupa hutan. Kamis siang (4/8/2016) mobil yang mengantarkan saya memasuki arboretum yang berada di area penyangga cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Pekanbaru.

Dalam perjalanan kami telah melewati hutan produksi dengan pepohonan yang rapat. Perjalanan menuju Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu juga sempat memantik adrenalin saat ban mobil berderit akibat jalanan tanah yang licin sekaligus berdebu.
 
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (dok. pri).
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu termasuk ekoregion pantai timur Sumatera yang alamnya berupa hutan rawa gambut. Luasnya sekitar 705.271 hektar terbagi di wilayah Kabupaten Bengkalis dan Siak. Bentang alam ini ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada Mei 2009.

Giam Siak Kecil-Bukit Batu adalah cagar biosfer pertama di dunia yang diinisiasi oleh sektor swasta. Pada 2003 Sinar Mas Forestry & Partners (SMF&P)  merancang usulan penggambungan dua suaka margasatwa yaitu Giam Siak Kecil (84.967 hektar) dan Bukit Batu (21.500 hektar). Komitmen itu termasuk penyertaan konsesi hutan produksi seluas 72.000 hektar yang memisahkan dua suaka margasatwa sebagai hutan konservasi. Selanjutnya pengelolaan, pengembangan dan penelitian di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu dilakukan secara kolaboratif antara SMF&P, LIPI, Pemeritah Daerah Riau, BBKSDA Riau,  Universitas Riau dan pemangku kepentingan lokal lainnya.
Jalan di area penyangga biosfer dikelilingi hutan tanaman industri (dok pri).
Selamat datang di Giam Siak Kecil-Bukit Batu (dok. pri).
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu memiliki tiga fungsi dasar. Pertama, sebagai kawasan konservasi untuk melindungi dan melestarikan ekosistem beserta kekayaan hayati dan sumber daya genetik di dalamnya. Kedua, sebagai penggerak perekonomian dan pengembangan masyarakat. Ketiga, sebagai laboratorium alam untuk penelitian, pendidikan, dan pelatihan tentang ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Terdapat tiga area di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Area inti seluas 178.722 hektar meliputi dua area suaka margasatwa dan hutan konservasi cadangan bekas konsesi Sinar Mas. Kawasan di area inti diperuntukkan secara ketat untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan pemantauan ekosistem.  Aktivitas manusia sangat dibatasi di area inti.

Area inti dikelilingi oleh area penyangga seluas 222.426 hektar yang berfungsi mendukung konservasi. Meskipun demikian, aktivitas perkebunan, pertanian, perikanan serta pengumpulan produk kayu dan non kayu diperbolehkan.

Pada area penyangga juga terdapat arboretum untuk menanam beberapa spesies tumbuhan berkayu dan tempat penangkaran gajah. Ada  6 ekor gajah yang dipelihara di tempat tersebut. Salah satu ekor gajah yang kami temui di kandang bernama Ivo Duanti. Sekitar 200 meter dari kandang terdapat habitat gajah yang cukup lapang. Dari kejauhan seekor gajah terlihat sedang berada di dekat kubangan air.

Daerah terluar berupa area transisi dengan luas 304.123 hektar. Fungsi dan peruntukkannya mirip dengan area penyangga namun lebih fleksibel. Oleh karena itu, di area transisi terdapat tempat tinggal atau hunian masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hutan. Aktivitas penambangan mineral, minyak dan gas alam juga dimungkinkan dilakukan di area transisi.
Hutan Rawa Gambut di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (dok. pri).
Giam Siak Kecil-Bukit Batu adalah bentang alam yang sangat unik karena berupa hutan rawa gambut. Secara ekologis biosfer ini berperan sebagai stok karbon yang penting bagi lingkungan. Selain itu, di dalamnya hidup ratusan spesies hewan dan tumbuhan yang sangat bernilai. Beberapa di antaranya termasuk kategori dilindung.

Menurut penelitian LIPI terdapat setidaknya 189 spesies tumbuhan dari 113 famili dan 59 genus. Species tersebut antara lain Anggrek macan (Grammatophyllum speciosum), Dara-dara (Knema sp.), Mengris (Kompassia malaccensis, Mimosaceae), Kantong semar (Nephentes spp.), Suntai (Palaquium leiocarpum). Ada juga Meranti bunga (Shorea teysmanniana), Punak (Tetramerista glabra), Ramin (Gonystylus bancanus), dan Durian burung (Durio carinatus). 
Salah satu Gajah Sumatera bernama Ivo Duanti (dok. pri).
Di dalam cagar biosfer juga terlacak 46 spesies mamalia, 159 spesies  burung, 30 spesies ikan, 11 spesies reptil, dan 162 spesies ngengat. Beberapa spesies tersebut adalah Beruang madu (Helarctos malayanus), Tapir (Tapirus indicus), Gajah Sumatera (Elephas maximus), dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Terdapat pula spesies yang sangat dilindungi yaitu Butung Rangkong (Buceros bicornis), Ikan Arwana (Scleropages formosus), dan Buaya muara (Crocodilus porosus).
Anggrek macan (Grammatophyllum speciosum) (dok. pri).
Giam Siak Kecil-Bukit Batu perlu mendapatkan perhatian khusus. Ekosistem hutan rawa gambut yang membentuk biosfer ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan aktivitas manusia. Jika tidak dikelola dengan baik dan ketat, peristiwa seperti kebakaran dan perambahan hutan dengan cepat mengubah keseimbangan alam di Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Apalagi, ekosistem hutan rawa gambut memiliki kemampuan regenerasi yang berbeda dengan hutan tropis pada umumnya.

Oleh karena itu,  pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu dan pemanfaatan sumber daya alam di dalamnya harus tetap didasarkan pada prinsip kelestarian. Pembangunan kawasan dan ekonomi di sekitar cagar biosfer harus diarahkan untuk mendatangkan timbal balik yang menguntungkan bagi lingkungan serta masyarakat secara berkelanjutan. 
Habitat Gajah sumatera di Giam Siak Kecil-Bukit Batu (dok. pri).
Harapan telah bersemi di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Kini menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaganya tetap lestari agar terus bertambah nafas kehidupan yang bisa dihirup dari bumi Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk