Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Menonton Konser KAHITNA yang Lebih "Ramah Hati"

“ Ada banyak cinta, ada banyak sayang, ada juga mantan yang terindah… namun hanya satu…KAHITNA” Musikal di atas mengalun di Semarang, 2 September 2016 lalu. Dilanjutkan overture dari beberapa lagu hits KAHITNA yang serempak ditirukan liriknya oleh penonton. Bagi yang menyaksikan Love Festival 30 Tahun KAHITNA di JCC, ini adalah pembukaan yang kurang lebih sama dengan konser 13 Februari yang lalu. Super Show 30 Tahun KAHITNA!! Ini adalah kedua kalinya saya menonton konser KAHITNA di Semarang setelah pada 2012 berdiri di depan panggung Konser HATI. Selain itu, Super Show “Rahasia Cinta” jadi pelampiasan saya setelah gagal menonton KAHITNA Love Festival. Saat itu, di hari ketika ribuan orang merayakan 30 Tahun KAHITNA, saya justru terbang di atas langit Jakarta. Beberapa bulan kemudian saya pun terpaksa meninggalkan konser KAHITNA di Malang meski sudah membeli tiketnya jauh-jauh hari. Oleh karena itu, saya cukup antusias datang ke Semarang. Sambil berharap lagu  “Tak Mam

Melihat Batik Indonesia yang Berbeda di Yogyakarta

Ruangan di lantai satu Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada Jumat (21/6/2013) sore itu berbeda dari hari-hari biasa. Suasana di dalamnya terlihat manis dipenuhi lembaran kain serupa lukisan dengan aneka rupa dan sapuan warna. Ukurannya pun beragam, mulai dari yang kecil menempel di dinding, hingga yang besar digantung pada langit-langit ruang. Lukisan Batik yang menggambarkan keindahan Indonesia dengan aneka tumbuhan berbunga dan kupu-kupu. Gambar-gambar itu bukanlah lukisan biasa di atas kanvas. Melainkan lukisan yang dibuat dengan cara membatik di atas kain dengan perpaduan beberapa media lukis. Beberapa di antaranya juga diwarnai dengan cara dicelup layaknya kain batik. Semua lukisan batik tersebut merupakan karya para seniman lukis dan batik di Yogyakarta. Salah satu lukisan yang menarik berjudul “Generasi Bangsa” karya Beni Rismanto. Pada kain berukuran 200x100 cm, tergambar wujud seorang anak manusia yang tersenyum dengan posisi tubuh merebah miring. Latarnya beru

Mie Kopyok Pak Dhuwur, Jajan Kaki Lima yang Nikmat di Jantung Kota Semarang

Jumat (2/9/2016) yang lalu saya berkunjung ke kota tetangga, Semarang. Tujuan utamanya adalah menonton Konser 30 Tahun KAHITNA “Rahasia Cinta” pada malam harinya. Tiket sudah dibeli sejak bulan Ramadhan yang lalu sehingga apapun kondisinya saya harus menonton. Meski kaki kiri masih cedera akibat terjatuh saat bermain futsal di kawasan Thamrin, Jakarta, seminggu sebelumnya.   Mie Kopyok Pak Dhuwur (dok. pri). Lelah akibat perjalanan dan cuaca yang terik membuat saya tak bisa menahan lapar lebih lama. Beruntung hotel tempat menginap berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Pemuda, sehingga ada banyak pilihan tempat makan yang bisa dituju. “Di belakang saja mas, ada Pak Dhuwur”. Begitu jawaban security hotel saat saya meminta rekomendasi tempat jajan yang enak. Ia kemudian memberikan petunjuk arah tempat yang dimaksud. Ternyata saya hanya perlu berjalan kaki selama 5 menit dari hotel untuk tiba di lokasi Pak Dhuwur. Pak Dhuwur adalah nama tempat penjual Mie Kopyok ya